Aku Tidak Menerima Saran Darimu
Raden menjulurkan tangannya tanpa daya, dan menatap Damar dengan senyum yang dipaksa.
Raden adalah orang dengan siKap yang sangat palsu, dan memang begitu sejauh yang Damar ingat.
Dia adalah orang pertama generasi ketiga dengan garis darah langsung dari keluarga Ardiansyah. Dia tumbuh di keluarga kaya, dan merupakan pewaris pertama dari keluarga Ardiansyah.
Karena itu sikapnya sangat arogan dan sejak kecil dia sudah memandang rendah semua orang.
Selain itu, pria ini cukup pandai, dan dia lebih tua tiga tahun dari Damar.
Saat Damar masuk kuliah pada usia 18 tahun, Raden yang saat itu baru berusia 21 tahun, telah belajar S2 di sekolah TOP 5 di dunia.
Benar, dia dari kecil sudah loncat sekolah, dan dari segi nilai, dia sangatlah berprestasi.
Saat Damar masih muda, nilainya juga cukup bagus, dan Rudi juga cukup mampu, jadi Damar juga dihargai oleh keluarga Ardiansyah. Damar pun dibesarkan sebagai tangan kanan dari Raden.
Karena Damar yang lahir bukan dari keluarga utama, dia mungkin bisa
mengelola perusahaan, tapi pasti tidak akan mewarisi saham dari keluarga Ardiansyah, dan hanya akan menerima gaji.
Jadi sejak kecil, Raden telah menunjukkan rasa superioritas saat menghadapi Damar.
Saat ini juga seperti itu. Matanya yang menatap Damar, nada bicaranya, semuanya menunjukkan penghinaan.
Mata Damar menatapnya, kemudian dia menghela napas dan berjatan pergi untuk membuka pintu mobil.
"Mobilku bukanlah mobil yang bisa dinaiki orang sepertimu." Raden menghadang di depan mobil, dan berkata dengan datar, "Tempatnya adalah di gedung Glory.
Kamu pergi sendiri saja dengan naik taksi. Aku akan menunggumu di depan pintu Glory! Ayahkulah yang bersedia mengajak kalian untuk pergi ke tempat mahal seperti itu."
Setelah mengatakan itu, dia membuka pintu mobil, duduk di kursi pengemudi, dengan cepat menyalakan mobil, dan langsung melaju pergi.
Ekspresi Damar langsung menjadi tidak senang!
Ayah Raden bernama Ridwan Ardiansyah yang merupakan pemimpin dari keluarga Ardiansyah saat ini, karena kakek Raden telah pensiun.
Damar tidak tahu kenapa mereka tiba-tiba mengundang dirinya dan ayahnya untuk pergi makan.
Jika hanya mengundang Damar seorang diri, Damar tidak akan ambil pusing. Tapi sekarang, ayahnya sudah dalam perjalanan ke sana, jadi dia tidak punya pihhan lain selain pergi.
"Kalau dari awal tahu akan begini, aku tidak akan pulang tadi," Damar mengumpat karena dia baru saja naik taksi di dekat gedung Glory untuk pulang.
Kemudian dia pun memanggil taksi lagi untuk kembali ke gedung Glory!
Dengan cepat, taksi yang ditumpanginya berhenti di depan gedung Glory. Di dalam gedung itu, saat ml sudah penuh dengan orang.
Di depan pintu masuk, Raden berdiri di sana dengan setelan jas dan sepatu kulitnya Setelah melihat Damar, wajahnya masih menunjukkan ekspresi menghina, dan dia berkata sambil melambaikan tangannya, "Ayo masuk!"
Mereka berdua berjalan masuk, naik menggunakan lift, dan Iangsung menuju ke lantai lima.
Lantai lima berbeda dengan lantai satu. Instalasi lantai pertama dilengkapi dengan lobi dan kursi dek, sedangkan lantai lima semuanya adalah single private room, dan suasananya jauh lebih nyaman dan tenang dibandingkan lantai satu!
"Apa kamu tahu gedung Glory ini tempat apa?" Setelah Tiba di lantai lima, Raden berkata sambil tersenyum ringan, "Gedung Glory adalah restoran terbaik di LH dan lantai lima adalah tempat makan termahal di LH, dan juga merupakan tempat makan terenak. Ayahku membawa kalian kemari benar-benar pemborosan saja."
Damar tidak memedulikannya.
Raden mencibir saat melihat Damar tidak berbicara, kemuchan dia berjalan ke arah depan, dan Damar mengikuti di belakangnya . Sampai di depan pintu private room,
Raden membuka pintu dan berbicara ke arah dalam ruangan, "Ayah, Om Hengky, aku sudah bawa Damar kemari."
Damar mengikuti ke depan pintu, dan setelah itu dia secera mengerutkan alisnya.
Di dalam ruangan, ada sebuah meja bulat yang besar dan tidak banyak orang yang duduk di atas kursi. Hengky yang dicari Damar pun ada di antara mereka. Dia duduk di sana bagaiKan duri yang menonjol keluar, dengan tangan yang memegangi gelas yang diayunkan.
Selain itu, di sana masih ada beberapa orang, Rizky Sitara yang bertubuh kekar, dan seorang gadis yang duduk di sampingnya. Saat pandangan Damar jatuh pada gadis itu, tubuhnya langsung gemetaran untuk sesaat.
Gadis itu sangat cantik dan sangat mirip dengan Glad's Sitara. Dia memiliki rambut hitam panjang, mengenakan gaun hitam, dan duduk dengan tenang di sana!
Melihat Damar berjalan masuk ke dalam ruangan, dia mengangkat kepalanya dan menatap Damar. Sekilas terlihat pandangan rumit di matanya, kemudian dia menundukkan kembali kepalanya dan menatap meja!
Dia adalah Dinda!
Sembilan tahun yang lalu, saat insiden itu terjadi pada Damar, dialah pemeran utama wanitanya.
Damar tidak pernah mengira dia akan datang ke tempat ini juga.
Selain mereka, tersisa Rudi yang duduk di sana dengan sedikit canggung. Ekspresinya tidak terlihat bagus, jelas bahwa sebelumnya, orang-orang ini berbicara tentang hat yang tidak nyaman untuk didengar.
"Damar sudah datang ya." Saat ini, Ridwan yang tengah duduk langsung melambaikan tangannya, "Sembilan tahun tidak bertemu,
pasti sudah semakin dewasa. Cepat duduklah!"
Raden tertawa kecil, berjalan menghampiri sisi Damar, dan menarik kursi untuk duduk.
Damar memandang semua orang sekilas, kemudian berkata pada Rudi, "Ayah, ayo pergi!"
"Eh?" Mendengar perkataan Damar, semua orang mengerutkan alisnya.
Raden mendengus dan berkata, 'Damar, kamu sudah besar kepala ya? Mengundangmu makan di sini adalah karena menghargaimu, jadi jangan kamu tidak tahu diuntung."
Damar terlalu malas untuk memedulikannya. Saat itu, Ridwan tertawa kecil dan berkata sambil melihat Rudi, "Rudi, pikirkanlah sendiri dengan balk-balk, untuk makanan ini masih mau makan atau tidak."
Rudi mengerutkan keningnya dan berkata pada Damar, "Damar, kemari dan duduklah dulu."
Ekspresi Damar berubah sedikit, dia menatap ayahnya, kemudian berjalan ke sampingnya dan menarik kursi untuk duduk.
Di sampingnya, menampakkan senyum menghina dan berkata, "Kupikir kamu punya nyali, tapi bukankah sekarang kamu duduk juga dengan patuh?"
"Raden, jaga bicaramu." Saat itu, Ridwan membuka mulut untuk berbicara, kemudian menatap Damar sambil tersenyum, "Aku mengundang kamu dan ayahmu kali ini adalah untuk membicarakan tiga hal."
Damar terdiam. Di sebelahnya, 'jelas bahwa Rudi telah mendengar hal itu, karena terlukis di wajahnya dengan samar.
Ridwan melanjutkan pemibicaraannya, "Hal pertama adalah aku dengar setelah kamu kembali, kamu mulai menyelidiki tentang kejadian sembilan tahun yang lalu lagi?"
Jantung Damar berdegup, seharusnya itu dilaporkan oleh Joni, hanya saja dia tidak menyangka bahwa Ridwan akan mencarinya karena hal ini.
"Memangnya kenapa kalau ya?" tanya Damar.
Ridwan tertawa,kernudian dia berkata pada Dinda yang ada di sebelahnya, "Sembilan tahun yang lalu, insiden ini telah memberikan luka yang begitu besar pada Dinda.
Dengan kamu menyelidiki tentang hal ini lagi sekarang, tidak diragukan lagi bahwa kamu sedang menaburkan garam pada lukanya.
Karena sekarang kamu sudah keluar dari penjara, kita bicarakan saja hal ini dengan Dinda beserta keluarga Sitara. Aku sarankan juga untuk berhenti menyelidiki hal ini lagi."
Damar tersenyum dengan terpaksa, "Maaf, aku tidak menerima saran darimu"
"Jangan buru-buru, dengarkan dulu perkataanku sampai selesai!" kata Ridwan.
"Kamu kembaii ke LH karena masalah ini, membuat masalah dengan Diska, dan berkonflik juga dengan Rizki. Kami bisa membantumu menyelesaikan semuanya sepenuhnya, dan membuat mereka tidak mencari masalah dengan kalian lagi."
"Hal yang kedua." Berbicara sampai di sini, Ridwan berkata dengan datar. "Hal yang kedua ada sedikit hubungan dengan ayahmu. Rudi saat ini menjabat sebagai wakil direktur di Navis Group. Keluarga Ardiansyah dan Navis Group memiliki
hubungan kompetitif dalam banyak industri. Tidak tahu mengapa, Navis Group suka sekali melakukan persaingan dengan kita, dan ini bukanlah hal yang baik, jadi aku harap dia dapat berdamai dan memilih keputusan yang menguntungkan kedua belah pihak."
Damar terhibur dengan perkataannya. Navis Group melakukan persaingan dengan keluarga Ardiansyah tentu saja karena hubungannya dengan Damar.
Saat itu, Ridwan melanjutkan, "Dan untuk hal ketiga... Sangatlah mudah. Selama kamu menyetujui kedua hal barusan, aku bisa mengajukan agar nama kalian muncul di slisilah keluarga lagi, dan kembali diakui.
Hati Damar sedikit tergerak, karena dia sekiranya telah tahu apa yang membuat ayahnya bingung.
Memang diakui kembali itu cukup bagus, tapi dulu keluarga Ardiansyah memperlakukan mereka dengan sangat keterlaluan, jadi mereka dari awal sudah biasa melihatnya.
Yang terpenting adalah satu poin, meski katanya adalah diskusi dan memberikan saran, tapi pada kenyataannya itu adalah ancaman.
itu berarti bahwa jika Damar ingin melanjutkan penyelidikan, keluarga Ardiansyah dan Sitara tidak akan membiarkannya begitu saja.
Rudi sepertinya sangat cemas bahwa dirinya akan menghadapi pembalasan dari kedua keluarga itu, sehingga membuatnya merasa sedikit bingung.
Damar menatap seketika Dinda yang duduk menunduk di sampingnya, kernudian berkata, "Ayah, ayo kita pergi!"
Bersambung
Rabu, 10 November 2021
119. Aku Tidak Menerima Saran Darimu
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
119. Aku Tidak Menerima Saran Darimu
Aku Tidak Menerima Saran Darimu Raden menjulurkan tangannya tanpa daya, dan menatap Damar dengan senyum yang dipaksa. Raden adalah orang den...
-
Sama halnya seperti brand Vivo, OPPO juga menjadi salah satu merek HP yang cukup diminati di Indonesia belakangan ini. Hal tersebut bukan ta...
-
kamu berniat ganti hp, tidak ada salahnya memilih hp Samsung terbaru. Karena hp Samsung memiliki kualitas build yang baik, inovatif dan se...
-
Infinix merupakan salah satu brand smartphone yang sudah cukup lama di Indonesia. Hanya saja gaung jenama ini kurang begitu heboh di kalang...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar